Semua ekonom pasti setuju untuk menyatakan bahwa kinerja ekonomi 2009 lebih buruk ketimbang 2008 dilihat dari bermacam indikator ekonomi. Demikian pula, seluruh ekonom juga bersepakat bahwa prospek ekonomi 2010 akan jauh lebih bagus daripada 2009. Namun, barang kali sebagian besar ekonom sulit diajak bermufakat untuk menyebutkan apakah kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia telah berada pada level yang baik atau belum, entah pada 2008, 2009, atau 2010. Pertanyaan tentang kualitas pertumbuhan ini sama pentingnya dengan pertanyaan tentang seberapa besar angka pertumbuhan ekonomi yang bakal dicapai Indonesia pada 2010. Sebab, jika pertumbuhan ekonomi menggambarkan mengenai besaran (magnitude) pergerakan kegiatan ekonomi, maka mutu pertumbuhan ekonomi mendeskripsikan seberapa banyak gerbong (baca: masyarakat) yang turut dalam lokomotif pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
Struktur Pertumbuhan Ekonomi
Negara-negara maju biasanya sulit menggeber pertumbuhan ekonomi sampai level 4-5% karena seluruh kapasitas ekonomi telah terpakai (full employment). Jika suatu negara berada pada level tersebut, biasanya pertumbuhan ekonomi yang dicapai bersumber dari ekspansi pasar ke luar negeri (ekspor) dan penetrasi korporasi ke negara lain (investasi asing). Demikian pula, pertumbuhan ekonomi sebagian besar disokong oleh sektor sekunder (industri) dan jasa (keuangan, transportasi, komunikasi, dan lain-lain), sehingga relatif meninggalkan sektor primer (pertanian). Sungguh pun begitu, ketimbangan sektoral sumber pertumbuhan ekonomi itu tidak menimbulkan persoalan yang berarti di negara maju karena struktur tenaga kerjanya juga paralel dengan struktur sumber pertumbuhan ekonomi tersebut. Singkatnya, struktur pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerjanya berjalan seiring.
Model pertumbuhan ekonomi semacam itu ternyata tidak berjalan di Indonesia selama beberapa tahun terakhir, sehingga menyembulkan pertanyaan soal mutu pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Nyaris 60% tenaga kerja Indonesia bekerja di sektor pertanian dan industri (plus pertambangan), tetapi pertumbuhan sektor-sektor tersebut justru mengalami kemunduran dari waktu ke waktu. Pertumbuhan sektor tradeable jauh dibandingkan dengan sektor non-tradeable, sehingga masalah pengangguan justru menyeruak ketika pertumbuhan ekonomi berada pada zona yang mendaki. Sekadar ilustrasi, pada 2009 ini diprediksi sektor pertanian hanya tumbuh 3,3,%, pertambangan 0,4%, dan industri (manufaktur) 2,6%. Persentase itu tentu jauh daripada pertumbuhan yang dicapai sektor transportasi dan komunikasi (16,1%), utilitas (10,6%), keuangan (8,0%), konstruksi (7,2%), dan jasa-jasa (6,6%).
Sektor pertambangan menjadi kisah tragis bagi Indonesia karena selama 10 tahun terakhir bisa dikatakan tidak ada investasi besar yang terjadi karena kelangkaan insentif. Problem lebih serius lagi di sektor ini adalah penguasaan asing yang tetap mendominasi sehingga potensi kehilangan keuntungan (profit loss) begitu besar. Sementara itu, sektor pertanian nasibnya agak lebih bagus ketimbangapertambangan, khususnya bila dilihat dari peningkatan produksi beberapa komoditas penting. Padi, kedelai, jagung, gula dan juga komoditas-komoditas perkebunan (kelapa sawit, kakao, dan karet) mengalami peningkatan produksi yang lumayan. Sungguh pun begitu, secara umum kinerja sektor pertanian masih jauh dari memadai apabila dibandingan dengan potensi yang tersedia. Di sektor industri keadaan juga makin memburuk, di mana deindustrialiasi bukan lagi merupakan gejala tetapi sudah menjadi realitas aktual.
Roadmap Kualitas Pertumbuhan
Seperti yang telah diungkapkan di muka, 2010 akan dilewati Indonesia dengan lebih mulus ketimbang 2009. Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5% nampaknya tidak terlalu sulit digapai, walaupun tentu membutuhkan usaha yang tidak ringan. Tercatat beberapa faktor yang berpihak terhadap pemulihan ekonomi Indonesia. Pertama, laju ekonomi global akan lebih cepat daripada 2009, meskipun pasar ekspor belum terlalu menjanjikan. Namun, setidaknya Indonesia dapat berharap dari peningkatan investasi asing, baik PMA maupun portofolio. Kedua, bank-bank mulai berani menurunkan tingkat suku bunga (kredit) seiring kian kecilnya tingkat risiko ekonomi sehingga diharapkan memicu peningkatan investasi. Ketiga, ekspektasi masyarakat cenderung meningkat sehingga sebagian besar merasa lebih optimis menghadapi 2010. Ini merupakan modal berharga yang tidak boleh disia-siakan pemerintah.
Meskipun nantinya pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,5% tidak berarti pemerintah boleh bertepuk tangan, sebab pertumbuhan itu masih harus dilihat kualitasnya. Di sinilah pemerintah harus berani mencari terobosan agar struktur pertumbuhan ekonomi bergeser lebih ramah kepada sektor riil (tradeable sector). Intinya, sebagian besar masyarakat berharap peningkatan investasi itu berada di sektor pertanian, industri, dan pertambangan; meskipun sektor-sektor lain tetap diharapkan tumbuh sebagaimana mestinya. Hal lain yang penting, lokasi investasi tidak boleh terkonsentrasi di Jawa, karena selama ini sekitar 90% investasi masih fokus di kawasan ini. Luar Jawa harus menjadi sasaran investasi ke depan, tentunya juga dengan mengurangi investasi yang berasal dari asing, baik PMA maupun portofolio. Di luar itu, sumber pembiayaan domestik mesti dikedepankan agar jebakan utang (debt trap) lekas bisa diakhiri.
Pertanyaan selanjutnya, apa upaya yang bisa dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi tersebut? Pertama, meregulasi sektor keuangan dalam dua skema khusus: (i) LDR perbankan minimal 85% sehingga mengurangi dana yang diparkir; dan (ii) 60-70% kredit digiring ke sektor riil. Kedua, anggaran negara (APBN) dibebani untuk mengembangkan sektor riil sekurangnya 20% dari total anggaran. Ketiga, departemen yang mengurus sektor riil menetapkan lokasi, lahan, komoditas, dan industri pengolahannya, serta daerah wajib mendukung peta jalan yang sudah disusun tersebut. Keempat, daerah yang kapasitas fiskalnya rendah, khususnya di luar Jawa, seperti Lampung, NTB, NTT, dan Maluku, harus mendapatkan prioritas dana dari APBN. Kelima, infrastruktur pedesaan dan industri diutamakan ketimbang yang lain. Jika roadmap ini dikerjakan pemerintah, maka pertumbuhan ekonomi akan paralel dengan kualitas ekonomi.
Jurnal Nasional, 15 Desember 2009