Bagaimana dengan kemampuan ekspor sektor industri sendiri? Sayangnya, data menunjukkan sub-sektor yang memiliki kemampuan ekspor besar justru berasal dari sub-sektor produk mineral; lemak, sub-sektor minyak dan malam; sub-sektor mesin, pesawat mekanik dan elektronik; dan sub-sektor tekstil, barang dari kulit dan alas kaki. Sub-sektor makanan dan minuman, meskipun peranannya besar terhadap PDB, tapi ekspornya relatif rendah. Sementara itu, jika dikuliti tren pertumbuhan ekspor, sub-sektor yang menjanjikan adalah sub-sektor mutiara, batu permata, logam mulia, dan perhiasan imitasi; sub-sektor lemak, minyak dan malam; sub-sektor produk mineral; sub-sektor kendaraan pesawat terbang, kendaraan dan perlengkapannya; dan sub-sektor plastik, karet, dan barang dari plastik dan karet. Inilah sub-sektor industri yang selama ini memiliki pertumbuhan bagus dalam perdagangan internasional (ekspor).
Kebijakan dan Kelembagaan
Dengan mencermati data-data tersebut, sebetulnya ada beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan pemerintah untuk memerkuat lagi sektor industri. Pertama, hal paling fundamental adalah memerkuat empat sub-sektor yang memiliki kontribusi terhadap sektor industri. Dalam kasus ini, perhatian pemerintah perlu difokuskan kepada sub-sektor tekstil, barang dari kulit dan alas kaki yang baik pertumbuhan maupun ekspornya terus menurun dari tahun ke tahun. Empat sub-sektor ini perlu lebih didorong karena keunggulan komparatifnya bagus dan ketergantungan terhadap bahan baku impor tidak terlalu besar. Kedua, Di luar empat sub-sektor tersebut, sebetulnya kita juga memiliki beberapa subsektor industri lainnya yang potensial dikembangkan karena produktivitas tenaga kerjanya bagus atau penetrasi ekspornya kuat; seperti sub-sektor mutiara, batu permata, logam mulia, dan perhiasan imitasi; sub-sektor batu bara, minyak dan gas bumi, dan bahan bakar dari nuklir; dan kimia dan barang-barang dari bahan kimia. Sayangnya, dalam jangka panjang sub-sektor industri batu bara dan minyak/gas bumi sulit diandalkan karena cadangannya yang terbatas.
Tentu saja, di samping berbicara soal sub-sektor yang memiliki potensi untuk dikembalikan lagi kedigdayaannya, revitalisasi sektor industri menghendaki pemihakan yang kuat dalam bentuk konsep pembangunan ekonomi, kebijakan, dan kelembagaan. Konsep pembangunan ekonomi harus dikembalikan dengan menempatkan sektor industri/jasa dengan basis sektor pertanian (dan alam), bukan hanya menafkahi sektor non-tradeable yang terpisah dengan sektor primer. Sementara itu, kebijakan pengembangan sektor industri fokus menyusun pohon industri yang data-datanya yang sudah dibahas di atas. Pemerintah tinggal menyusun matriks sub-sektor industri berdasarkan skema yang telah dipaparkan di muka. Sedangkan kelembagaan yang didesain harus betul-betul spesifik pada masing-masing sub-sektor industri. Misalnya, pada sub-sektor industry tekstil insentif peremajaan mesin menjadi prioritas. Sekurangnya dengan jalan inilah penguatan sektor industri bakal mendapatkan momentumnya kembali.
*Ahmad Erani Yustika, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya; Direktur Eksekutif Indef