Ilmu ekonomi konvensional (klasik/neoklasik) memperlakukan individu (manusia) dengan beberapa asumsi berikut. Pertama, individu adalah makhluk rasional, di mana rasionalitas bisa dilihat dari proses pengambilan keputusan yang didasarkan pada informasi yang sempurna. Kedua, motif indvidu dalam kegiatan (transaksi) ekonomi adalah mencari laba (profit-seeking behavior).
Month: February 2009
Mengurus Kembali Pertanian
Persoalan kenaikan harga dan kelangkaan beberapa komoditas pertanian, seperti minyak goreng, gula, dan kedelai, yang terjadi akhir-akhir ini sebetulnya hanyalah merupakan riak dari gulungan tsunami besar yang bakal segera merontokkan sendi-sendi perekonomian nasional. Setidaknya terdapat tiga argumentasi untuk menunjukkan bahwa sektor pertanian di Indonesia sedang dalam bahaya besar.
Konfigurasi dan Spektrum Kemiskinan
Rasanya semua sepakat dengan pernyataan ini, bahwa “kemiskinan bukanlah tragedi kemanusiaan akibat takdir ataupun ketidakramahan alam.” Memang betul, akibat kekeringan, banjir, longsor, atau topan menyebabkan timbulnya jumlah kaum papa baru, tapi segera hal itu akan menguap jika diberikan uang atau dibangun infrastruktur baru. Hal in tentu berbeda apabila dikaitkan dengan komunitas kemiskinan yang sesungguhnya; di…
Krisis, Reformasi, dan Hikmah Ekonomi
Tepat 10 tahun yang lalu, persisnya Juli 1997, perekonomian di wilayah Asia (Timur) rontok dihantam kirisis ekonomi yang berat. Krisis ekonomi yang dipicu oleh terkulainya mata uang bath (Thailand) dan menjalar ke Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Korsel (lima negara yang paling parah terjangkit krisis ekonomi) nyaris melenyapkan seluruh pencapaian gemilang yang diperoleh negara-negara tersebut selama…
Konsensus Baru Pembangunan
Sebongkah ide memang tidak pernah bisa dibelenggu. Tapi, agar dapat merayap, sebuah gagasan jelas butuh kaki. Masalahnya, justru di titik inilah hal genting itu terjadi, di mana antara gagasan dan ruang yang tersedia tidak selalu berjalan paralel di Indonesia. Pada masa Orde Baru, benih-benih ide rasanya tidak pernah berhenti menyembul dari ladang pemikiran para intelektual….
Restriksi Sektor Finansial
Sekarang, hampir semua orang mengamini bahwa salah satu sumber terpenting krisis ekonomi adalah liberalisasi sektor keuangan yang tidak diimbangi dengan kelembagaan (aturan main) ekonomi yang lengkap. Liberalisasi, yang bermakna menyerahkan kedaulatan kegiatan ekonomi kepada pasar, dianggap menyimpan cacat bawaan berupa pemberian fasilitas kepada penguasa modal untuk mengeruk laba dengan memanfaatkan kelemahan pasar. Di sini, salah…
Pasar, Informasi, dan Regulasi
Mekanisme pasar menjadi salah satu isu dalam ilmu ekonomi yang tidak habis dikupas hingga kini. Kubu ekonomi paling kanan (klasik/neoklasik) yakin pasar dapat menjalankan tugas mengawal kegiatan ekonomi secara efisien, sehingga peran institusi lain (baca: pemerintah) tidak diperlukan. Sebaliknya, kubu paling kiri (ekonomi marxian) percaya tentang cacat bawaan pasar, di mana pasar dianggap sebagai institusi…
Paradoks Ekonomi Asia
Pertemuan Forum Ekonomi Dunia tentang Ekonomi Asia Timur di Singapura (24/06/2007) memunculkan secara eksplisit paradoks yang sebetulnya sudah sering diekspresikan oleh para ekonom, yakni selisih jalan antara pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan (dan penyakit lainnya) di Asia (Kompas, 25/06/2007). Secara umum, pertumbuhan ekonomi di wilayah Asia memang sangat mencengangkan dalam dua dekade terakhir ini, setidaknya bila…
Pangan Murah dan Sindrom Kelangkaan
Hingga kini, isu pangan selalu penting di Indonesia karena proporsi pendapatan rumah tangga yang dibelanjakan untuk pangan pada dekade 1980-an mencapai 70% dan sekarang sekitar 50%. Walaupun penurunan ini berarti, tapi secara umum masih cukup besar karena separuh pendapatan habis digunakan untuk konsumsi pangan. Ini tentu berbeda dengan, misalnya, AS yang warga negaranya pada 2003…
Menelanjangi Liberalisme
Pada saat sosialisme “berjaya” pada dekade 1950-an yang tampak di permukaan sebetulnya khayalan tentang indahnya pemerataan. Sebab, yang sebenarnya terjadi adalah kemelaratan massal di sela-sela kemewahan yang dinikmati segelintir elite politik. Itulah aurat sosialisme yang coba ditutupi lewat baju “sama rata, sama rasa”. Kontras dari itu adalah impian kapitalisme tentang pesona “pertumbuhan tak terbatas” yang…